MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA
“PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DARI
ZAMAN PENJAJAHAN SAMPAI DENGAN SAAT INI”
KELAS 1EB21
KELOMPOK:
ANINDYA PURNAMA EFFENDI 21213054
IREN KARINA 24213465
NOPI DUWI HARIYANTI 26213490
WINDI FEBRIANI 29213392
YUNIAR TRI WULANDARI 29213601
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami
panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan
rahmatnyalah maka kami dapat menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat
waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari perekonomian terutama perekonomian di Indonesia.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari perekonomian terutama perekonomian di Indonesia.
Melalui kata pengantar ini kami sebagai penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Bekasi, 25 Maret 2014
“Penulis”
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat 4
BAB II PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA
2.1 Pengertian Sistem Perekonomian 5
2.2 Sejarah Perekonomian Indonesia 5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 13
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah
satu Negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dalam beberapa tahun
belakangan in. Sehingga indonesia mampu mensejajarkan diri dengan Negara-negara
maju yang memiliki sistem perekonomian yang mapan dengan menjadi salah satu
anggota G20. Namun hal itu tidak akan pernah terjadi apabila para ekonom dan
pejabat pemerintah tidak pernah menganalisis perekonomian indonesia dari waktu
lampau atau tepatnya sejak zaman pejuang pemperjuangkan kemerdekaan negeri
berjuluk zamrud Khatulistiwa ini.
Oleh karena itu perlu adanya
pengenalan serta pemahaman lebih lanjut mengenai sistem perekonomian seperti
apa saja yang pernah di terapkan serta di implementasikan di negeri ini sebelum
era globalisasi atau yang dapat kita sebut pula era reformasi agar kita sebagai
generasi penerus dapat mengetahui sejarah perkembangan perekonomian negerinya
sehingga diharapkan pada masa yang akan dapat akan memberikan perubahan yang
jauh lebih baik terhadap tatanan kehidupan berbangasa dan bernegara khusussnya
dari segi ekonomi.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana perkembangan perekonomian indonesia
dari masa ke masa.
2. Pebedaan perekonomian indonesia dari masa ke masa.
3. Dampak dari perekonomian indoesia dari zaman
penjajahan hingga sekarang.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan
perekonomian indonesia dari masa kemasa.
2. Untuk mengetahuai perbedaan perekonomian
indonesia dari masa ke masa.
3. Untuk mengetahui dampak apa yang akan terjadi
dari perekonomian dari zaman ke zaman.
1.4 Manfaat
1. Untuk menambah wawasan bagi pembaca.
2. Untuk menjadi bahan pertimbangan soal
perekonomian indonesia dari masa ke masa.
BAB II
PERKEMBANGAN
PEREKONOMIAN DI INDONESIA
2.1 Pengertian Sistem Perekonomian
Sistem perekonomian adalah sistem
yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang
dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut.
Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya
adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya. Dalam beberapa
sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi. Sementara dalam
sistem lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah. Kebanyakan
sistem ekonomi di dunia berada di antara dua sistem ekstrim tersebut.
2.2 Sejarah Perekonomian Indonesia
Indonesia adalah negara yang memiliki letak geografis yang sangat strategis,
karena berada di antara dua benua (Asia dan Eropa) serta dua samudra (Pasifik
dan Hindia), sebuah posisi yang strategis dalam jalur pelayaran perdagangan
antar benua. Perdagangan saat itu mengenal sebutan jalur sutra laut, yaitu
jarur dari Tiongkok dan Indonesia yang melalui Selat Malaka menuju ke India.
Perdagangan laut antara India, Tiongkok, dan Indonesia dimulai pada abad
pertama sesudah masehi, demikian juga hubungan Indonesia dengan daerah-daerah
di Barat (Kekaisaran Romawi). Perdagangan di masa kerajaan-kerajaan tradisional
disebut oleh Van Leur mempunyai sifat kapitalisme politik, dimana pengaruh
raja-raja dalam perdagangan itu sangat besar. Misalnya di masa Sriwijaya, saat
perdagangan internasional dari Asia Timur ke Asia Barat dan Eropa, mencapai
zaman keemasannya. Raja-raja dan para bangsawan mendapatkan kekayaannya dari
berbagai upeti dan pajak. Tak ada proteksi terhadap jenis produk tertentu,
karena mereka justru diuntungkan oleh banyaknya kapal yang lewat di daerah
mereka.
Sejarah Perekonomian Indonesia dapat dikelompokkan menjadi
4 masa, yaitu:
1. MASA PENJAJAHAN
Indonesia
mengalami masa penjajahan yang terbagi dalam beberapa periode. Ada empat negara
yang pernah menduduki Indonesia, yaitu Portugis, Belanda,Inggris, dan Jepang.
Portugis tidak meninggalkan jejak yang mendalam di Indonesia karena keburu
diusir oleh Belanda, tapi Belanda yang kemudian berkuasa selama sekitar 350
tahun, sudah menerapkan berbagai sistem yang masih tersisa hingga kini. Untuk
menganalisa sejarah perekonomian Indonesia, maka perlu membagi masa pendudukan
Belanda menjadi beberapa periode, berdasarkan perubahan-perubahan kebijakan
yang mereka berlakukan di Hindia Belanda (sebutan untuk Indonesia saat itu).
A. Vereenigde Oost-Indische Compagnie
(VOC)
Belanda yang saat itu menganut paham
Merkantilis benar-benar menancapkan kukunya di Hindia Belanda. Belanda
melimpahkan wewenang untuk mengatur Hindia Belanda kepada VOC (Vereenigde
Oost-Indische Compagnie. Untuk mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC
diberi hak Octrooi, yang antara lain meliputi :
1.
Hak mencetak uang
2.
Hak mengangkat dan memberhentikan
pegawai
3.
Hak menyatakan perang dan damai
Hak-hak itu seakan melegalkan keberadaan VOC sebagai
“penguasa” Hindia Belanda. Sejak tahun 1620, VOC hanya menguasai
komoditi-komoditi ekspor sesuai permintaan pasar di Eropa, yaitu rempah-rempah.
Kota-kota dagang dan jalur-jalur pelayaran yang dikuasainya adalah untuk
menjamin monopoli atas komoditi itu. Peraturan-peraturan yang ditetapkan VOC
seperti verplichte leverentie (kewajiban meyerahkan hasil bumi pada VOC ) dan
contingenten (pajak hasil bumi) dirancang untuk mendukung monopoli itu.VOC juga
menerapkan Preangerstelstel, yaitu kewajiban menanam tanaman kopi bagi
penduduk Priangan. Namun, berlawanan dengan kebijakan merkantilisme Perancis
yang melarang ekspor logam mulia, Belanda justru mengekspor perak ke Hindia
Belanda untuk ditukar dengan hasil bumi. Karena selama belum ada hasil produksi
Eropa yang dapat ditawarkan sebagai komoditi imbangan,ekspor perak itu tetap
perlu dilakukan dan digunakan dalam jumlah besar sebagai alat perimbangan dalam
neraca pembayaran sampai tahun 1870-an. Pada tahun 1795, VOC bubar karena
dianggap gagal dalam mengeksplorasi kekayaan Hindia Belanda. Kegagalan itu
nampak pada defisitnya kas VOC. Maka,VOC digantikan oleh republik Bataaf.
Republik Bataaf dihadapkan pada suatu sistem keuangan yang kacau balau. Sebelum
republik Bataaf mulai berbenah, Inggris mengambil alih pemerintahan di Hindia
Belanda.
B. Pendudukan Inggris (1811-1816)
Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang
telah hampir dua abad diterapkan oleh Belanda, dengan menerapkan Landrent
(pajak tanah). Sistem ini sudah berhasil di India.
·
Cultuurstelstel (sistem tanam paksa)
mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif Van Den Bosch. Tujuannya
adalah untuk memproduksi berbagai komoditi yang ada permintaannya di pasaran
dunia. Sejak saat itu, diperintahkan pembudidayaan produk-produk selain kopi
dan rempah-rempah, yaitu gula, nila, tembakau, teh, kina, karet, kelapa sawit,
dll. Sistem ini jelas menekan penduduk pribumi, tapi amat menguntungkan bagi
Belanda, apalagi dipadukan dengan sistem konsinyasi (monopoli ekspor). Sistem
ini merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka memperkenalkan penggunaan
uang pada masyarakat pribumi. Segi positifnya adalah, mereka mulai mengenal
tata cara menanam tanaman komoditas ekspor dan masuknya ekonomi uang di
pedesaan yang memicu meningkatnya taraf hidup mereka.
·
Sistem Ekonomi Pintu Terbuka
(Liberal)
Pemerintah Hindia Belanda untuk mengubah kebijakan
ekonominya. Dengan membuat peraturan-peraturan agraria yang baru, yang antara
lain mengatur tentang penyewaan tanah pada pihak swasta untuk jangka 75 tahun,
dan aturan tentang tanah yang boleh disewakan dan yang tidak boleh. Namun pada
akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pribumi,
tapi malah menambah penderitaan, terutama bagi para kuli kontrak yang pada
umumnya tidak diperlakukan layak.
C. Pendudukan Jepang (1942-1945)
Pemerintah militer Jepang menerapkan suatu kebijakan
pengerahan sumber daya ekonomi mendukung gerak maju pasukan Jepang dalam perang
Pasifik. Sebagai akibatnya, terjadi perombakan besar-besaran dalam struktur
ekonomi masyarakat. Kesejahteraan rakyat merosot tajam dan terjadi bencana kekurangan
pangan.
2. MASA ORDE LAMA
Pada masa awal kemerdekaan perekonomian Indonesia amatlah buruk antara lain
disebabkan oleh inflasi yang sangat tinggi karena pada saat itu indonesia
menggunakan 4 mata uang, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah
Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Kemudian pada tanggal 6 Maret
1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu)
mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada
bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI
(Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori
moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat
hargapenyebab lain adalah adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan
November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negri RI,kosongnyakas negara
akibat penjajahan,eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.
Perekonomian Indonesia pada masa orde lama dibagi
menjadi beberapa masa lagi, diantaranya :
·
Demokrasi Liberal
Masa
ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya
menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai
teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer. Padahal
pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha
nonpribumi, terutama pengusaha Cina. Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk
kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka.
Usaha-usaha
yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :
a). Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950,
untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.
b). Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menunbuhkan wiraswastawan
pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan
impor asing dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi
impornya hanya pada importir pribumi serta memberikan kredit pada
perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi dalam
perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha
pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan pengusaha
non-pribumi.
c). Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951
lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
d). Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr
Iskak Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan pengusaha
pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan pada
pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi
usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena
pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk
mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.
e). Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni
Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual
perusahaannya sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih
perusahaan-perusahaan tersebut.
·
Demokrasi Terpimpin
Sebagai
akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem
demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem
etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan
akan membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik,dan
ekonomi (Mazhab Sosialisme). Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang
diambil pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi
Indonesia, antara lain :
a). Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai
berikut: Uang
kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp
100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.
b). Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis
Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan
stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga
barang-baranga naik 400%.
c). Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp
1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat
uang rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali
lipat lebih tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini
malah meningkatkan angka inflasi.
Pada
masa ini banyak proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah, dan juga
sebagai akibat politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara Barat.
Sekali lagi, ini juga salahsatu konsekuensi dari pilihan menggunakan sistem
demokrasi terpimpin yang bisa diartikan bahwa Indonesia berkiblat ke Timur
(sosialis) baik dalam politik, ekonomi, maupun bidang-bidang lain. Sehingga
pada masa itu sistem yang dipergunakan masih belum cukup efektif untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia,malah memunculkan beberapa masalah
baru.
3. MASA ORDE BARU
Masa orde baru merupakan sebutan masa pemerintahan presidan Soeharto.
Pada awal orde baru, stabilitsi ekonomi dan stabilitasi politik menjadi
prioritas utama. Program pemerintah
berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan negara dn
pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pengendalian inflasi mutlak dibutuhkan,
karena pada tahun 1966 tingkat inflasi kurang lebih 650% per tahun. Pemerintah
pada masa orde baru berusaha menurunkan inflasi dan menstabilkan harga.
Pada masa orde baru ini, pemerintah memilih sistem ekonomi campuran dalam
kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila. Sistem ekonomi campuran
merupakan paktek dari salah satu teori Keynes tentang campur tangan
pemerintah dalam perekonomian secara terbatas. Sistem campuran ini pemerintah
dan swasta saling bekerja dan berinteraksi dalam menyelesaikan masalah.
Pemerintah turut serta dalam kegiatan transaksi ekonomi. Kebijakan-kebijakan
pemerintah mulai berkiblat pada teori-teori keynesian. Kebijakan ekonominya
diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur pemerataan
: kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan. Kesempatan
kerja, kesemptan berusaha, pertisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran
pembangunan, dan peradilan.
Seiring dengan berkembangnya perekonomian Indonesia terjadi juga praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain itu, pembangunan di Indonesia hanya
mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik dan sosial
yang adil. Selain itu, Indonesia juga mengalami krisis yang merupakan akibat
dari ekonomi global. Harga-harga naik, nilai rupiah melemah sangat serta
timbulnya kekacuan disegala bidang.
v
Dampak Positif Kebijakan ekonomi
Orde Baru :
- Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena
setiap program pembangunan pemerintah terencana dengan baik dan
hasilnyapun dapat terlihat secara konkrit.
- Indonesia mengubah status dari negara
pengimpor beras terbesar menjadi bangsa yang memenuhi kebutuhan beras
sendiri (swasembada beras).
- Penurunan angka kemiskinan yang diikuti
dengan perbaikan kesejahteraan rakyat.
- Penurunan angka kematian bayi dan angka
partisipasi pendidikan dasar yang semakin meningkat.
v Dampak
Negatif Kebijakan ekonomi Orde Baru :
- Kerusakan serta pencemaran lingkungan
hidup dan sumber daya alam
- Perbedaan ekonomi antardaerah,
antargolongan pekerjaan, antarkelompok dalam masyarakat terasa semakin
tajam.
- Terciptalah kelompok yang terpinggirkan
(Marginalisasi sosial)
- Menimbulkan konglomerasi dan bisnis
yang erat dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme)
- Pembagunan yang dilakukan hasilnya
hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil kalangan masyarakat, pembangunan
cenderung terpusat dan tidak merata.
- Pembangunan hanya mengutamakan
pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial
yang demokratis dan berkeadilan.
- Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat
tapi secara fundamental pembangunan ekonomi sangat rapuh.
- Pembagunan tidak merata tampak dengan
adanya kemiskinan di sejumlah wilayah yang justru menjadi penyumbang
devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor inilahh
yang selantunya ikut menjadi penyebab terpuruknya perekonomian nasional
Indonesia menjelang akhir tahun 1997.
4. MASA REFORMASI
Pemerintahan presiden BJ.Habibie yang mengawali masa reformasi belum
melakukan manuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya
diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik. Pada masa kepemimpinan
presiden Abdurrahman Wahid pun, belum ada tindakan yang cukup berarti untuk
menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi
yang diwariskan orde baru harus dihadapi, antara lain masalah KKN (Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme), pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi,
dan mempertahankan kurs rupiah.
A. Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri
Kebijakan-kebijakan
yang ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi antara lain :
a). Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan
Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp
116.3 triliun.
b). Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di
dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi
kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu
berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan
ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke
perusahaan asing.
Di
masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi),
tetapi belum ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal
keberadaan korupsi membuat banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan
modal di Indonesia, dan mengganggu jalannya pembangunan nasional.
B. Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono
Kebijakan
kontroversial pertama presiden Yudhoyono adalah mengurangi subsidi BBM, atau
dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh
naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor
pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
kebijakan
kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin.
Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan
berbagai masalah sosial.
Kebijakan
yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan
pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta
mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah
satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November
2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.
Pada pertengahan bulan Oktober 2006
, Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS.
Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF
dalam menentukan kebijakan dalam negri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada
luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi
antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat
dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret
2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran
kredit perbankan ke sector riil masih sangat kurang (perbankan lebih suka
menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sector riil kurang dan berimbas pada
turunnya investasi. Selain itu, birokrasi pemerintahan terlalu kental, sehingga
menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan daya serap, karena
inefisiensi pengelolaan anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya
mengundang investor dari luar negri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negri
masih kurang kondusif
5.
SAAT INI
Sebagian orang
berpendapat bahawa sistem yang digunakan sekarang lebih condong ke barat atau
disebut sistem ekonomi liberal/kapitalis, sistem yang membebaskan segala macam
bentuk kegiatan ekonomi. Pemerintah tak ada urusan dengan ekonomi yang
dilakukan oleh rakyat. Mereka semua mendapat hak yang sama untuk berkreatifitas
tak ada larangan. Intinya adalah sistem ini semua bebas melakukan apa saja
sehingga tak mengherankan kaum pemodal atau kapital menjadi kaum yang super
power pada sistem ekonomi sehingga membuat yang miskin semakin miskin,
eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam, kesenjangan sosial, itulah
yang terjadi pada perekonomian Indonesia. Sistem ekonomi liberal atau kapitalis
yang tidak lama lagi akan menuju neo-liberal. Indikasi sistem perekonomian
Indonesia diarahkan untuk mengikuti mekanisme pasar disamping dominasi kekuatan
korporasi swasta yang semakin menguat. Sistem neo-liberal ini semakin subur
manakala bola salju globalisasi semakin memasuki berbagai sendi-sendi
kehidupan. Semula globalisasi masih terkait dengan bidang informasi dan
komunikasi, namun bola salju globalisasi semakin membesar dan menggulung bidang
lainnya termasuk sektor ekonomi,politik. Contohnya saja Harga BBM sudah didesak
agar secara bertahap mengikuti harga internasional. Di Indonesia sendiri dapat
dihitung para konglomerat yang menguasai perekonomian, itu hanya ada segelintir
orang saja. Kondisi ini terjadi sebagai konsekuesi kita menganut sistem
kapitalis. Sebenarnya sistem inilah yang dijalan kan di Indonesia walaupun
pemerintah tidak mengakuinya secara terbuka.
Masuknya Sistem tersebut dapat kita lihat dari
beberapa Indikator yaitu :a. Dihapusnya berbagai subsidi untuk masyarakat secara bertahap, sehingga harga barang barang strategis ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar.
b. Nilai Kurs rupiah tidak boleh dipatok dengan kurs tetap, sehingga besar kecilnya kurs rupiah akan ditentukan oleh mekanisme pasar.
c. Perusahaan BUMN mulai beralih ke pihak swasta, sehingga peran pemerintah semakin berkurang.
d. Keikutsertaan bangsa Indonesai dalam kancah WTO dan perjanjian GATT yang semakin menunjukan komitmen bangsa Indonesia dalam tata liberalisme dunia.
Dampak positif yang di timbulkan
dari sistem kapitalis ini yaitu dari aspek permodalan, kita dapat dengan mudah
mendapatkan modal dengan cepat dari investor asing sedangkan dampak negatif
dari sistem ini banyak terjadi masalah-masalah seperti pengangguran,
kemiskinan, krisis ekonomi dan hutang luar negeri yang tinggi.
Namun meskipun demikian, bagi saya
pribadi perekonomian Indonesia bisa dikatakan cukup memperlihakan peningkatan
yang bisa dibanggakan. Terlihat pada saat terjadi krisis global, dimana banyak
negara di dunia mengalami krisis namun tidaklah demikian di Indonesia.
Indonesia masih bisa bertahan dari krisis ekonomi. Walaupun masih dapat
bertahan, sudah seharusnyalah pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia sadar
untuk memperbaiki perekonomian Indonesia yang lebih baik lagi dengan
memberantas KKN, memangkas pengeluaran pemerintah, membuka lapangan pekerjaan,
dan lebih memperhatian rakyat demi terciptanya kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Pada intinya kerjasamalah yang dibutuhkan bangsa ini untuk
mewujudkan tujuan tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem perekonomian adalah
sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang
dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut.
Indonesia memiliki 4 masa sejarah perekonomian yaitu pada masa Penjajahan, masa
Orde Lama, masa Orde Baru, dan Masa Reformasi.
Pada masa Penjajahan
terjadinya Belanda yang saat itu menganut paham Merkantilis benar-benar menancapkan
kukunya di Hindia Belanda. Belanda melimpahkan wewenang untuk mengatur Hindia
Belanda kepada VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), pada tahun 1795 bubar
karna gagal mengeksplorasi kekayaan Hindia Belanda kemudian digantikan oleh
Republik Bataaf namun dihadapkan dengan sistem keuangan yang kacau balau dan
pada akhirnya pemerintah inggris masuk dengan menganut sistem tanam paksa dan
sistem ekonomi pintu terbuka (Liberal) segi positifnya adalah mereka mulai
mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor dan masuknya ekonomi uang
di pedesaan yang memicu meningkatnya taraf hidup masyarakat indonesia.
Pada masa Orde Lama
Pada
masa awal kemerdekaan perekonomian Indonesia amatlah buruk antara lain
disebabkan oleh inflasi yang sangat tinggi karena pada saat itu indonesia
menggunakan 4 mata uang, Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang
beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga penyebab lain adalah
adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup
pintu perdagangan luar negeri RI, kosongnya kas
negara akibat penjajahan, eksploitasi besar-besaran di
masa penjajahan dan terjadinya Demokrasi Liberal dan Demokrasi
Terpimpin.
Pada Masa Orde Baru
Masa orde
baru merupakan sebutan masa pemerintahan presidan Soeharto. Pada awal
orde baru, stabilitsi ekonomi dan stabilitasi politik menjadi prioritas utama.
Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan
keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pada masa orde baru ini,
pemerintah memilih sistem ekonomi campuran dalam kerangka sistem ekonomi
demokrasi pancasila. Sistem ekonomi campuran merupakan praktek dari salah
satu teori Keynes tentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian secara
terbatas. Kebijakan-kebijakan pemerintah mulai berkiblat pada
teori-teori keynesian. Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di
segala bidang, tercermin dalam 8 jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan
dan kesehatan, pembagian pendapatan. Kesempatan kerja, kesemptan berusaha, pertisipasi
wanita dan generasi muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan.
Pada Masa Reformasi
Pemerintahan presiden BJ.Habibie yang mengawali masa
reformasi belum melakukan manuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang
ekonomi. Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk mengendalikan stabilitas
politik. Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid pun, belum ada
tindakan yang cukup berarti untuk menyelamatkan negara dari keterpurukan.
Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru harus dihadapi,
antara lain masalah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), pemulihan ekonomi,
kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs rupiah.Masa kepemimpinan Megawati Soekarnoputriterjadinya
Kebijakan privatisasi BUMN dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri
sebesar Rp 116.3 triliun. Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi belum ada gebrakan konkrit dalam
pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan korupsi membuat banyak investor
berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan mengganggu jalannya
pembangunan nasional. Masa
Kepemimpinan Susilo Bambang
Yudhoyono Kebijakan kontroversial pertama presiden
Yudhoyono adalah mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga
BBM kebijakan kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi
masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan
pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial. Pada saat ini sebagian orang berpendapat
bahwa sistem yang digunakan sekarang lebih condong ke barat atau disebut sistem
ekonomi liberal/kapitalis, sistem yang membebaskan segala macam bentuk kegiatan
ekonomi. kaum pemodal atau kapital menjadi kaum yang super power pada sistem
ekonomi sehingga membuat yang miskin semakin miskin, eksploitasi besar-besaran
terhadap sumber daya alam, kesenjangan sosial, itulah yang terjadi pada
perekonomian Indonesia.
Dampak positif
yang di timbulkan dari sistem kapitalis ini yaitu dari aspek permodalan, kita
dapat dengan mudah mendapatkan modal dengan cepat dari investor asing sedangkan
dampak negatif dari sistem ini banyak terjadi masalah-masalah seperti
pengangguran, kemiskinan, krisis ekonomi dan hutang luar negeri yang tinggi.
perekonomian
Indonesia bisa dikatakan cukup memperlihakan peningkatan yang bisa dibanggakan.
Terlihat pada saat terjadi krisis global, dimana banyak negara di dunia
mengalami krisis namun tidaklah demikian di Indonesia. Indonesia masih bisa
bertahan dari krisis ekonomi. Walaupun masih dapat bertahan, sudah seharusnya
pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia sadar untuk memperbaiki perekonomian
Indonesia yang lebih baik lagi dengan memberantas KKN, memangkas pengeluaran
pemerintah, membuka lapangan pekerjaan, dan lebih memperhatian rakyat demi
terciptanya kesejahteraan masyarakat Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090126174820AAFGt08
http://yunaniabiyoso.blogspot.com/2008/04/perbedaan-determinasi-kebijakan.html
http://labtani.wordpress.com/2008/11/07/sejarah-perekonomian-indonesia/
http://www.mudrajad.com/upload/Reformasi%20di%20Persimpangan%20Jalan.pdf
Pohan, Aulia. 2008. Potret Kebijakan
Moneter Indonesia.Jakarta:Rajawali pers.
Yustika, Ahmad Erani. 2002.
Pembangunan dan Krisis, Memetakan Perekonomian Indonesia. Jakarta : PT.
Grasindo.
http://www.indonesiaindonesia.com/f/2390-indonesia-era-orde-baru/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar